cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner
ISSN : 25409492     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner merupakan media elektronik yang digunakan sebagai wadah penyebaran hasil-hasil penelitian dari skripsi/tugas akhir mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala yang ditulis bersama dengan dosen pembimbingnya. Naskah/artikel yang diterbitkan telah melewati proses review oleh 2 orang reviewer dan penyunting JIMVET. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner untuk saat ini menerbitkan naskah ilmiah mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Dokter Hewan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner terbit dengan satu volume dan empat nomor dalam setahun (Fabruari, Mei, Agustus, dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI" : 15 Documents clear
KADAR LEMAK IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) SEGAR DAN KUKUS Winafri Itma Ana; Rastina Rastina; Cut Dahlia Iskandar; Muhammad Isa; Razali Daud; Muhammad Hanafiah
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.19400

Abstract

Ikan kakap putih merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan manusia karena mengandung asam amino esensial seperti lisin, metionin dan histidin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kadar lemak ikan kakap putih (Lates calcarifer) segar dan kukus. Penelitian ini menggunakan sampel ikan kakap segar yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu segar dan dikukus. Uji Laboratorium yang dilakukan adalah menghitung jumlah kadar lemak menggunakan metode Soxhlet. Hasil penelitian dianalisa menggunakan independent sampel T tes, analisa statistik menunjukkan perbedaan nyata antara kadar lemak ikan kakap putih segar dengan ikan kakap putih kukus. Berdasarkan penelitian ini lemak yang terkandung dalam ikan kakap putih yang kukus adalah 1,27 ± 0,09 dan segar 1,78 ± 0,08. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar lemak ikan kakap putih segar lebih tinggi daripada kadar lemak ikan kakap kukus.Kata kunci: Ikan kakap putih, kadar lemak, soxhlet
Pemeriksaan Jumlah Cemaran Staphylococcus Aureus Pada Susu Kambing Peranakan Etawa (Pe) Di Peternakan Adoe A Aceh Besar (Examination Of the Amount Of Staphylococcus aureus Contamination in Etawa Crossbreed Goat Milk) Ahmad Azhari Nopiosi; Teuku Reza Ferasyi; Ismail Ismail; Mahdi Abrar; Hamny Hamny; Rastina Rastina; Fakhrurrazi Fakhrurrazi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.19453

Abstract

ABSTRAKSusu memiliki sumber gizi yang paling sempurna. Nilai gizinya yang lengkap menyebabkan susu dapat menjadi media yang sangat baik bagi mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah cemaran Staphylococcus aureus pada susu kambing peranakan etawa (PE) di peternakan Adoe A Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan 10 sampel susu kambing peranakan etawa. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan diencerkan dengan pengenceran desimal dari 101 sampai 106. Selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah koloni dengan menggunakan Total Plate Count (TPC) untuk mengetahui jumlah cemaran Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30% sampel tercemar Staphylocoucus aureus. Nilai TPC tertinggi diperoleh dari sampel susu K3 yaitu 3,0 x 102 cfu/ml, dan nilai TPC terendah diperoleh dari sampel susu K1 yaitu 1,6 x 102 cfu/ml. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai TPC yang ditemukan melebihi batas standar SNI untuk bakteri Staphylocoucus aureus pada susu yaitu 1 x 102 cfu/ml.ABSTRACTMilk has the most perfect source of nutrition its complete nutritional value causes milk to be an excellent for microorganisms for growth and development. This study aims to determine the amount of Staphylococcus aureus contamination in Etawa crossbreed’s milk on Adoe A farms in Aceh Besar Regency. This study was carried out at the Veterinary Public Health Laboratory, Faculty of Veterinary Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh. This study use 10 samples of Etawa Crossbreed’s milk. Sampling was carried out randomly and diluted with a decimal dilution from 101 to 106. Furthermore, the number of colonies was counted using the Total Plate Count (TPC) to determine the amount of staphylococcus aureus contamination. The results of this study showed that 30% of the samples were contaminated with Staphylocoucus aureus. The highest TPC value was obtained from the K3 milk sample, which was 3.0 x 102 cfu/ml, and the lowest TPC value was obtained from the K1 milk sample, which was 1.6 x 102 cfu/ml. So it can be concluded that the TPC value found exceeds the SNI standard limit for Staphylocoucus aureus bacteria in milk, which is 1 x 102 cfu/ml. 
IDENTIFIKASI ENDOPARASIT PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) PASAR PEUNAYONG KOTA BANDA ACEH Muttaqien Muttaqien; Winaruddin Winaruddin; Farida Athaillah; Lian Varis Riandi; Rastina Rastina
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.19454

Abstract

Milkfish merupakan ikan yang mampu mentolelir perubahan sanilitas yang cukup luas atau biasa disebut dengan euryhalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi endoparasit pada Ikan bandeng di TPI Pasar Peunayong Kota Banda Aceh dengan pengambilan sampel secara acak, sedangkan pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium FKH Unsyiah. Dari 30 sampel ikan bandeng yang digunakan terdapat 2 jenis endoparasit pada ikan tersebut yaitu Anisakis sp dan Radhinorhynchus laterospinosis. Terdapat 15 ekor (50%) sampel yang terinfeksi Anisakis sp dan 3 ekor sampel (10%) yang terinfeksi Rhadinorhynchus laterospinosis. Dapat disimpulkan bahwa ikan yang di ambil di TPI Pasar Peunayong Kota Banda Aceh terinfeksi endoparasit Anisakis sp dan Rhadinorhynchus laterosinosis terdapat pada usus dan eshopagus. Kata kunci: Endoparasit, Anisakis sp, Rhadinorhynchus laterosinosis.
PENGARUH PENAMBAHAN PERASAN AIR JERUK PURUT (Citrus hystrix) PADA PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN TERHADAP JUMLAH TOTAL BAKTERI Riski Ayu Maulida; Azhari Azhari; Rastina Rastina; Siti Rani Ayuti; Fakhrurrazi Fakhrurrazi; M Daud AK; T Armansyah TR
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18942

Abstract

ABSTRAK          Telur itik merupakan salah satu produk hasil pengawetan telur dengan cara pengasinan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan air perasan jeruk purut (Citrus hystrix) pada proses pembuatan telur asin terhadap jumlah total cemaran bakteri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan larutan perasan jeruk purut dengan konsentrasi 0%, 10%, 20% dan 30% ke dalam media adonan pengasinan telur itik. Pengamatan jumlah total bakteri dilakukan setelah proses pengasinan telur dilakukan yaitu setelah 14 hari masa penyimpanan telur. Pengamatan jumlah total bakteri dilakukan dengan  metode Total Plate Count (TPC) menggunakan media Plate count agar (PCA).  Data jumlah bakteri yang diperoleh di analisis secara statistik menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan larutan perasan jeruk purut dengan konsentrasi 0%, 10%, 20% dan 30% ke dalam adonan pengasin telur selama proses pembuatan telur asin dapat menurunkan jumlah total bakteri secara signifikan. Hasil uji lanjut menggunakan uji Duncan diketahui bahwa penambahan larutan perasan jeruk purut dengan konsentrasi 30% secara nyata dapat menurunkan jumlah total bakteri pada telur asin yang dihasilkan dibandingkan dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%. Sedangkan pembahan larutan perasan jeruk purut dengan konsentrasi 10% sampai dengan 20% tidak dapat menurunkan jumlah total bakteri pada telur asin yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan larutan perasan jeruk purut dengan konsentrasi 30% ke dalam adonan pengasin telur dapat menurunkan jumlah total bakteri pada telur asin yang dihasilkan. ABSTRACT            Duck egg is a product of egg preservation by salting.This study aims to determine the effect of adding citrus hystrix to the process of making salted eggs to the total amount of bacterial contamination. The research method used is a complete randomized design method (RAL) consisting of 4 treatments and 3 replays. The treatment given is the addition of a solution of orange juice purut with a concentration of 0%, 10%, 20% and 30% into the medium of duck egg marinating dough. Observation of the total number of microbes is done after the process of salting eggs is done after 14 days of egg acidification. Observation of the total number of microbes is done by the Method of Total Plate Count (TPC) using media Plate count agar (PCA) Data on the number of microbes obtained in statistical Analysis Of Variance (ANOVA). The results showed that the addition of a solution of orange juice purut with concentrations of 0%, 10%, 20% and 30% into the egg marinating dough during the process of making salted eggs can significantly decrease the total number of microbes. The results of further tests using Duncan's test found that the addition of a solution of orange juice purut with a concentration of 30% can significantly decrease the total number of microbes in the salted eggs produced compared to the concentration of 0%, 10%, 20%. While the deity of orange juice solution purut with a concentration of 10% to 20% can not decrease the total number of microbes in salted eggs produced. Based on this research, it can be concluded that the addition of a solution of orange juice purut with a concentration of 30% into the egg marinating dough can decrease the total number of microbes in the resulting salted eggs.
Gambaran Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Terpapar Parasit Dactylogyrus sp Langga Mora; Muttaqien Muttaqien; Zainuddin Zainuddin; M Nur Salim; Winaruddin Winaruddin; M Jalaluddin; Etriwati Etriwati
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18964

Abstract

ABSTRAK Dactylogyrus sp merupakan ektoparasit yang banyak menginfeksi dan sering menyebabkan munculnya penyakit pada sebagian besar ikan budidaya yang hidup di air payau, ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk salah satu ikan yang mudah terserang penyakit tersebut. Infeksi yang ditimbulkan dapat mengakibatkan perubahan makroskopis dan mikroskopis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kerusakan insang secara histopatologi akibat infeksi parasit Dactylogyrus sp. Penelitian ini menggunakan metode natif sebagai identifikasi adanya parasit Dactylogyrus sp dan perubahan  histopatologi dilakukan pembuatan preparat histopatologi dan diamati secara mikroskopis. Sampel yang digunakan sebanyak 4 ekor ikan nila, 1 sebagai kontrol dan 3 sebagai sampel pengamatan yang positif terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. Analisis data hasil pemeriksaan histopatologi ditemukan hiperplasia sekunder, fusi lamela sekunder, vakuola, dan telangiektasis. Kesimpulan dalam penelitian ini ditemukan adanya perubahan histopatologi pada insang ikan nila yang terpapar Dactylogyrus sp. ABSTRACT             Dactylogyrus sp is an ectoparasite that infects a lot and often causes disease in most cultured fish that live in brackish water, tilapia (Oreochromis niloticus) is one of the fish that is susceptible to this disease. The infection caused can result in macroscopic and microscopic changes. The purpose of this study was to determine histopathological gill damage caused by infection with the parasit Dactylogyrus sp. This study used the native method and histopathological changes were made and histopathological preparations were made and observed microscopically. The samples used were 4 tilapia, 1 as control and 3 as observation samples that were positively affected with the parasit Dactylogyrus . sp. Analysis of the data from histopathological examination found secondary hyperplasia, fusion of secondary lamellae, vacuoles, and telangiectasias. The conclusion in this study found histopathological changes in the gills of tilapia exposed to Dactylogyrus sp.
Jumlah Bakteri Escherichia coli pada Ikan Lele (Clariasis gariepinus) Asap di Pasar Tradisional Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam (The Amount Of Escherichia coli Bacteria In Smoked Catfish (Clariasis gariepinus) In Traditional Markets Simpang Kiri District Subulussalam Municipality ) Ega Wilia Fitri; Rastina Rastina; Fakhrurrazi Fakhrurrazi; Mahdi Abrar; Eliawardani Eliawardani; Teuku Zahrial Helmi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.17467

Abstract

ABSTRAK Ikan lele adalah ikan air sungai yang mengandung nutrisi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan lele yaitu lemak (4,8 %), mineral (1,2 %), protein (17,7 %) dan air (76 %). Ikan lele mudah membusuk sehingga perlu dilakukan pengolahan yang baik untuk menjaga kualitas ikan. Salah satu cara pengolahan untuk mencegah ikan membusuk yaitu dengan diasapkan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan cemaran Escherichia coli pada ikan lele asap yang ada di Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau tidak. Sampel penelitian ini adalah ikan lele asap dari lima penjual. Dua ekor ikan lele asap dari setiap penjual sehingga total ikan berjumlah 10 ekor ikan lele asap. Perhitungan jumlah Escherichia coli menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Sampel ikan dari setiap penjual ditimbang sebanyak 5g/ sampel kemudian dilakukan pengenceran menggunakan larutan Buffer Pepton Water (BPW) konsentrasi 0,1% dan diperiksa menggunakan uji TPC menggunakan media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan seluruh sampel ikan dari lima pedagang didapatkan hasil positif pada media. Semua sampel ikan dari lima pedagang ikan lele asap di Pasar Tradisional Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam menunjukkan hasil positif tercemar bakteri Escherichia coli dan belum memenuhi SNI sehingga perlu untuk ditinjau kembali pada proses pengolahan serta cara penjualan. Kata kunci : Clariasis gariepinus, Escherichia coli, Kota Subulussalam, analisis deskriptif. ABSTRACT Catfish is a river water fish that contains high nutrients. The nutritional content of catfish is fat (4.8%), minerals (1.2%), protein (17.7%) and water (76%). Catfish is easy to rot so it needs good processing to maintain the quality of the fish. One way to prevent fish from rotting is by smoking it. This study aims to prove that Escherichia coli contamination in smoked catfish in Simpang Kiri District, Subulussalam City meets the Indonesian National Standard (INS) or not. The sample of this research is catfish as soon as possible from the five merchants. Two catfish as fast as possible from each merchants so that the total fish can catch 10 catfish as fast as possible. The calculation of the number of Escherichia coli uses the TPC (Total Plate Count) method. Fish samples from each merchant were weighed as much as 5g / sample then dilution was carried out using a 0.1% concentration of Buffer Pepton Water (BPW) solution and the cost using the TPC test using Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) media. The data from the observations were descriptive. The results showed that all fish samples from five merchants had positive results on the media. All fish samples from smoked catfish merchants in the Traditional Market of Simpang Kiri Sub-district, Subulussalam City showed positive results contaminated with the Escherichia coli bacteria and were not Indonesian Nasional Standard so it is necessary to review the processing and sales methods. Keywords: Clariasis gariepinus, Escherichia coli, Subulussalam City, descriptive analysis.
EFEKTIVITAS ANTELMINTIK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PADA GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI LOKASI CONSERVATION RESPONSE UNIT (CRU) DAN PUSAT KONSERVASI GAJAH (PKG) ACEH Syarifah Mawaddah Zilfa; Yudha Fahrimal; Arman Sayuti; Farida Athaillah; Abdullah Hamzah; Wahyu Eka Sari
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18028

Abstract

Gajah sumatera merupakan satwa endemik Indonesia yang tercatat ke dalam status yang terancam punah atau kritis. Dalam mempertahankan keberadaan dan kelestariannya maka populasi gajah harus dijaga. Gajah sumatera rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya disebabkan oleh parasit gastrointestinal. Infeksi parasit gastrointestinal merupakan faktor yang mengganggu kesehatan gajah sumatera. Penelitian ini bertujuan melihat keefektifan antelmintik dengan melihat keberadaan jenis endoparasit sebelum dan sesudah pemberian antelmintik pada gajah sumatera di tujuh lokasi Conservation Respon Unit (CRU) dan PKG Saree Aceh. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Parasitologi FKH USK dan pengambilan sampel feses gajah pada CRU Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya, CRU Alue Kuyuen, Kabupaten Aceh Barat, CRU Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, CRU Mila, Kabupaten Pidie Jaya, CRU Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, CRU Das Peusangan, Bener Meriah, dan PKG Saree Aceh. Data yang diperoleh dianalisis dengan Fecal Egg Count Reduction Test (FECRT). Hasil FECRT menunjukkan efektivitas antelmintik yang digunakan dalam mengobati gajah sumatera pada CRU Aceh sangat efektif hingga mencapai 100% terhadap parasit yang menyerang gajah sumatera di CRU dan PKG Aceh. Kata kunci: gajah sumatera, parasit pada gajah, antelmintik Sumatran elephants are endemic to Indonesia which are listed as endangered or critical. In maintaining its existence and sustainability, the elephant population must be maintained. Sumatran elephants are susceptible to various diseases, one of which is caused by gastrointestinal parasites. Gastrointestinal parasitic infection is a factor that interferes with the health of the Sumatran elephant. This study aims to examine the effectiveness of anthelmintics by observing the presence of endoparasites before and before offering anthelmintics to Sumatran elephants at seven locations of the Conservation Response Unit (CRU) and PKG Saree Aceh. This research was conducted at the USK FKH Parasitology Laboratory and took samples of elephant feces at the Sampoiniet CRU, Aceh Jaya Regency, Alue Kuyuen CRU, West Aceh Regency, Trumon CRU, South Aceh Regency, Mila CRU, Pidie Jaya Regency, Serbajadi CRU, East Aceh Regency, CRU Das Peusangan, Bener Meriah, and PKG Saree Aceh. The data obtained were analyzed by Fecal Egg Count Reduction Test (FECRT). FECRT results show the effectiveness of deworming drugs used in treating Sumatran elephants at CRU Aceh is very effective up to 100% against parasites that attack Sumatran elephants at CRU and PKG Aceh. Key words: Sumatran elephant, parasites in elephant, anthelmintic
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI PUTAT AIR (Barringtoniaracemosa) TERHADAP HISTOMORFOMETRI TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK Lia Angelina Surbakti; Dasrul Dasrul; Sri Wahyuni; Muslim Akmal; Ginta Riady; Rusli Rusli
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18752

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat histomorfometri dari tubulus seminiferus testis tikus putih (Rattus norvegicus) yang dipaparkan asap rokok setelah pemberian ekstrak biji putat air (Barringtonia racemosa). Sebanyak 25 ekor tikus putih (Rattus novergicus) strain Wistar, berjenis kelamin jantan, usia 3-4 bulan dengan bobot 180-200 gram, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing 5 ekor : kelompok kontrol negatif (KN): tikus normal tanpa dipaparkan asap rokok dan pemberian ekstrak putat air, kelompok kontrol positif (KP): tikus yang dipaparkan asap rokok tanpa pemberian ekstrak putat air, kelompok perlakuan 1 (P1): tikus putih yang dipaparkan asap rokok 2 jam/hari selama 30 hari dan diberi ekstrak putat air 50 mg/kgbb, kelompok perlakuan 2 (P2) tikus putih yang dipaparkan asap rokok 2 jam/hari selama 30 hari dan diberi ekstrak putat air 100 mg/kgbb dan kelompok perlakuan 3 (P3) tikus putih yang dipaparkan asap rokok 2 jam/hari selama 30 hari dan diberi ekstrak putat air 50 mg/kgbb. Pemberian ekstrak putat air dilakukan secara oral selama 30 hari. Pengamatan histomorfometri tubulus seminiferus testis tikus putih dilakukan secara histologis dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE) dan slide diperiksa dengan mikroskop cahaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova uji lanjutan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan pemberian ekstrak putat air tidak dapat meningkatkan diameter dan ketebalan epitel tubulus testis seminiferus tikus putih secara nyata (P0,05). Pemberian ekstrak putat air 100mg/kgbb/hari menghasilkan peningkatan diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak putat air dosis 50mg/kgbb/hari dan 150 mg/kg bb. Kesimpulan pemberian ekstrak putat air dapat meningkatkan diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus testis tikus putih yang dipaparkan asap rokok.Kata kunci; Tikus Putih, Barringtonia racemosa, Tubulus SeminiferusABSTRACT This study aims to determine the histomotphometry of the tubules seminiferous testes of white rats (Rattus norvegicus) which are exposed to cigarette smoke after administration of putat air seed extract (Barringtonia racemosa L). A total of 25 white rats (Rattus norvegicus) strain Wistar, male sex, age 3-4 months with a weight of 180-200 grams, divided randomly into 5 treatment groups, each of 5 tails: negative control group (KN): mice normal without exposure to cigarette smoke and administration of watertip extract, positive control group (KP): mice exposed to smoke without watertip extract treatment group 1 (P1): white rats exposed to cigarette smoke 2 hours / day for 30 days and given a putat extract 50 mg / kgbb, treatment group 2 (P2) white rats exposed to cigarette smoke 2 hours / day for 30 days and given a water putat extract 100 mg / kg body weight and treatment group 3 (P3) of white rats exposed to cigarette smoke 2 hours / day for 30 days and given water putat extract 50 mg / kg. Giving water putat extract orally for 30 days. Observation of the histomotphometry of the tubules seminiferous testes of white rats (Rattus norvegicus) was done histologically by hematoxylin-eosin (HE) staining and slides were examined under a light microscope. The data obtained were analyzed by Anova advanced test with Duncan test. The results showed that administration of water putat extract could not significantly increase the histomorphometry of the tubules seminiferous testes of white rats (Rattus norvegicus) (P0.05). The administration of 100 mg / kg / day water putat extract resulted in a better increase in the number of diameter tubules seminiferous of testes compared with 50 mg / kg / day drip water extracts and 150 mg / kg body weight. Conclusion the administration of water putat extract can increase the number of histomorphometry tubules seminiferous of white rat (Rattus norvegicus) testicles exposed to cigarette smoke 2 hours per day for 30 days.Keywords; White Rat, Barringtonia racemosa, Tubules Seminiferous
Struktur Histologi dan Histomorfometri Jantung Kalkun Meleagris gallopavo pada Tingkat Umur Yang Berbeda (Histological Structure and Histomorphometry of Turkey Heart Meleagris gallopavo at Different Age Levels) Reza Perdana Putra; Erdiansyah Rahmi; Dian Masyitha; Zainuddin Zainuddin; Sri Wahyuni; M Nur Salim
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18087

Abstract

ABSTRAK            Jantung adalah organ sirkulasi utama yang memiliki peranan penting dalam menyuplai darah keseluruh tubuh. Jantung unggas mempunyai empat ruang yang terdiri dari dua atrium dan dua ventrikel, setiap ruang memiliki tiga lapisan dinding yang terdiri dari; epikardium, miokardium dan endokardium. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang struktur histologi dan histomorfometri jantung kalkun pada tingkat umur yang berbeda. Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok umur (8, 16 dan 24 minggu) dan masing-masing kelompok berjumlah enam jantung kalkun. Jantung kemudian diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan 5 µm, selanjutnya diwarnai menggunakan pewarnaan Haematoxylin-Eosin (HE). Kemudian dilakukan pengukuran ketebalan dinding epikardium ventrikel kanan dan kiri, miokardium ventrikel kanan dan kiri serta endokardium ventrikel kanan dan kiri. Hasil penelitian didapatkan bahwa struktur histologi jantung kalkun tidak berbeda antar kelompok perlakuan. Rataan ketebalan epikardium kanan pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 177,91±40.57 µm, 838,59±223,05 µm, 1306,96±91,37 µm. ketebalan miokardium kanan pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 1245,55±78,93 µm, 1866,21±257,13 µm, 2465,98±285,82 µm. ketebalan endokardium kanan pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 19,01±1,58 µm, 28,16±5,33 µm, 26,57±2,19 µm. ketebalan epikardium kiri pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 636,31±423,61 µm, 737,19±244,58 µm, 927,43±321,2 µm. ketebalan miokardium kiri pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 5304,99±764,52 µm, 6429,6±685,49 µm, 8334,3±1166,86 µm. ketebalan endokardium kiri pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 31,92±17,36 µm, 37,06±12,53 µm, 49,78±5,16 µm. Data histomorfometri yang telah di analisis menunjukkan bahwa hasil pengukuran ketebalan lapisan dinding jantung pada setiap kelompok umur ialah berbeda nyata (P0,05). Dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah umur hewan maka ketebalan dinding akan semakin bertambah. Kata Kunci : Jantung, kalkun (Meleagris gallopavo), histologi, histomorfometri ABSTRACT            The heart is the main circulatory organ that has an important role in supplying blood throughout the body. The avian heart has four chambers consisting of two atria and two ventricles, each chamber has three layers of walls consisting of; epicardium, myocardium and endocardium. This study aimed to obtain information about the histological structure and histomorphometry of the turkey heart at different age levels. The study sample was divided into three age groups (8, 16 and 24 weeks) and each group consisted of six turkey hearts. The heart was then processed into histological preparations with a thickness of 5 µm, then stained using Haematoxylin-Eosin (HE) staining. Then the thickness of the epicardium of the right and left ventricles, the myocardium of the right and left ventricles and the endocardium of the right and left ventricles were measured. The results showed that the histological structure of the turkey heart did not differ between the treatment groups. The mean thickness of the right epicardium at weeks 8, 16 and 24, respectively, was 177.91±40.57 µm, 838.59±223.05 µm, 1306.96±91.37 µm. the thickness of the right myocardium at weeks 8, 16 and 24 respectively were 1245.55±78.93 µm, 1866.21±257.13 µm, 2465.98±285.82 µm. The thickness of the right endocardium at weeks 8, 16 and 24 were 19.01±1.58 µm, 28.16±5.33 µm, 26.57±2.19 µm, respectively. The thickness of the left epicardium at weeks 8, 16 and 24 were 636.31±423.61 µm, 737.19±244.58 µm, 927.43±321.2 µm, respectively. The thickness of the left myocardium at weeks 8, 16 and 24 were 5304.99±764.52 µm, 6429.6±685.49 µm, 8334.3±1166.86 µm, respectively. The thickness of the left endocardium at weeks 8, 16 and 24 were 31.92±17.36 µm, 37.06±12.53 µm, 49.78±5.16 µm, respectively. Histomorphometric data that has been analyzed shows that the results of measuring the thickness of the heart wall layer in each age group are significantly different (P0.05). It can be concluded that as the animal ages, the wall thickness will increase. Keyword : Heart, turkey (Meleagris gallopavo), histology, histomorphometry
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JELLY DAUN SIKHOH-KHOH (Chromolaena odorata) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) (The Effect of Sikhoh-Khoh Jelly Leaf Extract (Chromolaena odorata) on the White Rats (Rattus norvegicus) Skin Thickness in the Healing Process of Open Wounds) Nazaruddin Nazaruddin; Siti Aisyah; Rossy Septia Putri; Dasrul Dasrul; Hennivanda Hennivanda; Roslizawaty Roslizawaty; Amalia Sutriana
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18387

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jelly daun sikhoh-khoh dan lama waktu pengamatan terhadap penurunan luas luka pada proses penyembuhan luka terbuka pada tikus putih secara makroskopis. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental tipe The Postest Only Control Group. Sampel yang digunakan adalah tikus putih strain Wistar sebanyak 9 ekor. Dengan jenis kelamin jantan, umur 3 bulan, dan berat badan rata-rata 200 g. Sampel dibagi secara acak menjadi 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, masing-masing 3 ekor yaitu perlakuan kontrol (P0) dengan perlakuan tidak diberi ekstrak jelly daun sikhoh-khoh, perlakuan 1 (P1) dengan perlakuan diberi ekstrak jelly daun sikhoh-khoh 10%, dan perlakuan 2 (P2) dengan perlakuan diberi ekstrak jelly daun sikhoh-khoh 30%. Pemberian ekstrak jelly daun sikhoh-khoh dilakukan sehari dua kali secara topikal di atas luka. Pengamatan kesembuhan luka dilakukan secara makroskopis. Pengukuran luas luka terbuka menggunakan jangka sorong untuk menghitung panjang dan lebar luka. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA split plot kemudian dilanjutkan uji Duncan dengan kesimpulan pemberian ekstrak jelly daun sikhoh-khoh perlakuan 10% dan 30%  dalam lama waktu pengamatan dapat menurunkan luas luka terbuka tikus putih sejak mulai hari ke 3, 7 dan 14. Penurunan luas luka terbuka pada kelompok pemberian ekstrak jelly daun sikhoh-khoh 10% lebih baik dibandingkan dengan jelly tanpa ekstrak daun sikhoh-khoh dan ekstrak jelly daun sikhoh-khoh 30%.Kata kunci: Daun sikhoh-khoh, tikus putih, luka terbuka ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the effect of giving sikhoh-khoh leaf jelly extract and the length of time of observation on the decrease in wound area in the process of healing open wounds in white rats macroscopically. This research is an experimental research type The Posttest Only Control Group. The samples used were 9 white Wistar rats. Witgh male sex, age 3 months, and an average weight0f 200 g. Samples were randomly devided into 3 treatmens and 3 replicates, each 3 tails, namely control treatment (P0) with treatment not given sikhoh-khoh leaf jelly extract, treatment 1(P1) with treatment given sikhoh-khoh leaf jelly extact 10% and , treatment 2(P2) was treated given with 30% sikhoh-khoh leaf jelly extact. The administrationof sikhoh-khoh leaf jelly extract was applied topicaly twice a day over the wound. Wound healing was observed macroscopically. Measurement of the area of an open wound usinga caliper to calculate the length and width of the wound. The data abtained were analyzed by split plot ANOVA then followed by Duncan's test with the conclusion that giving sikhoh-khoh leaf jelly extract 10% and 30% treatment in the length of time of observation could reduce the area of open wounds in white rats from days 3, 7 and 14. Decreased open wound area in the group given 10% sikhoh-khoh leaf jelly extract was better than jelly without sikhoh-khoh leaf extract and 30% sikhoh-khoh leaf jelly extract.Keywords: Sikhoh-khoh leaves, white rat, open wound

Page 1 of 2 | Total Record : 15